Ma'rifat adalah tingkat penyerahan diri kepada Allah secara berjenjang,
secara tingkat demi setingkat sehingga sampai kepada tingkat keyakinan
yang kuat. Orang yang memiliki ilmu ma'rifat dianggap sebagai orang yang
'arif', karena ia bisa memikirkan dalam-dalam tentang segala macam
liku-liku kehidupan di dunia ini.
Oleh karena itu jika kita
bersungguh-sungguh dalam mempelajari ilmu ma'rifat, maka akan meraih
suatu karomah. Karomah adalah keistimewaan yang tidak dimiliki orang
awam. Bentuk karomah tersebut adalah mata hati kita menjadi awas dan
indra keenam kita menjadi tajam. Jika indra keenam menjadi tajam, kita
akan dapat mengetahui sesuatu yang tersembunyi di balik peristiwa.
Orang
yang mata hatinya dan indra keenamnya tajam, maka ia dapat masuk ke
dalam hal-hal yang dianggap gaib (tersembunyi). Orang yang arif
(memiliki ilmu ma'rifat), suka memperhatikan tanda-tanda kebesaran Allah
dengan mata kepalanya, kemudian ia merenungkan dengan mata hatinya.
Orang
ma'rifat jika melakukan sesuatu atau memutuskan sesuatu menggunakan
muraninya daripada hawa nafsunya. Ia tahu betul, apakah hawa nafsu yang
mempengaruhi dirinya atau nuraninya yang berkata. Oleh karena itu, orang
yang sudah menduduki tingkat ini, selalu tajam indera keenamnya. Ia
tahu sesuatu yang merugikan bagi dirinya meskipun tampak seakan-akan
menguntungkan. Ia pun tau apa yang menguntungkan, meskipun seakan-akan
tampak seperti merugikan.
Maka, jangan heran, kadang-kadang orang
awam memandang sesuatu itu baik dan menguntungkan, namun bagi orang
ma'rifat (orang yang tajam indera keenamnya), dipandang sebagai sesuatu
yang membahayakan.
Melihat kebaikan dan keburukan dengan mata
kepala saja tidak akan dapat mengetahui keadaan yang sebenarnya. Sesuatu
yang elok dipandang mata kadang-kadang hanyalah tipuan belaka. Sesuatu
yang buruk dipandang mata, kadang-kadang tersimpan sesuatu yang
menguntungkan. Maka betapa pentingnya jika kita berlatih untuk
mempertajam mata hati dan indera keenam.
Buta mata belum tentu
membahayakan bagi kehidupan kita. Karena banyak orang yang buta matanya,
tetapi masih mampu melakukan sesuatu yang terbaik bagi dirinya. Bahkan
ia mempunyai keistimewaan, yakni lebih awas daripada kita yang memiliki
mata normal. Namun jika mata hati telah buta, maka pertanda hancurlah
kehidupan kita, baik kehidupan dunia maupun kehidupan akhirat.
Orang
yang buta hatinya, seringkali merasa kecewa dalam menghadapi liku-liku
kehidupannya, karena ia sering gagal dalam mengambil keputusan.
Keputusannya lebih banyak meleset. Sebab, yang digunakan untuk
mengambil keputusan lebih didasarkan pada penglihatan mata dan akal yang
dipenuhi hawa nafsu. Jadinya, ia kurang cermat dan kurang hati-hati. Ia
mudah terkecoh dengan fatamorgana serta khayalan-khayalannya sendiri.
"Dan barang siapa yang buta mata hatinya di dunia ini, maka buta pula di akhirat, jauh tersesat jalannya."
"Sesungguhnya, bukan matanya yang buta, tetapi mata hatinyalah yang buta, yang berada di rongga dadanya."
Oleh
karena itu, betapa pentingnya kita mempelajari ilmu ma'rifat. Dengan
ilmu ma'rifat, hati dan alam bawah sadar kita terhindar dari 'kebutaan'.
Hati kita menjadi jernih sehingga setiap apa yang kita pikirkan dan
kita lakukan akan mendatangkan hasil yang menguntungkan.
Orang
yang ma'rifat, selalu berprasangka baik kepada siapapun. Ia juga selalu
berprasangka baik kepada Allah swt. TIdak pernah berkeluh kesah dalam
hidupnya. Ia selalu merasa dekat kepada Allah. Selalu merasa cinta,
penuh harapan dan hatinya terasa senantiasa tenteram.
Ilmu
ma'rifat mengantarkan kita kepada suasana hati ikhlas dalam berbuat apa
saja, lebih-lebih beribadah kepada Allah. Ibadahnya dilakukan tanpa
pamrih dan tanpa keinginan dipuji orang lain.
Orang-orang
ma'rifat menganggap jika perbuatan dilakukan tidak dengan ikhlas, tetapi
dengan pamrih, maka akan mengotori jiwanya. Jika jiwa kotor, hati akan
berdebu. Bila hati berdebu berarti mata batin dan indera keenam telah
buta.
Golongan orang-orang ini selalu menjaga hatinya dan alam
bawah sadarnya agar tidak tercemar oleh debu-debu yang dapat membutakan.
Karena itu, suasana hati orang-orang ma'rifat selalu tenteram karena
selalu berprasangka baik kepada siapa pun, tidak membenci, tidak dendam,
tidak iri hati, tidak sombong dan tidak riya'.
Sebab, sederetan
penyakit semisal sombong, benci, dendam, iri hati dan sebagainya
merupakan letupan emosi, bukan nurani yang berbicara, melainkan nafsu
keserakahan.
Jika kita telah mendalami ilmu ma'rifat dengan
bersungguh-sungguh, maka akan dapat melihat betapa diri kita menjadi
orang yang luar biasa. Mungkin kita akan terheran-heran. Karena jika
ilmu ma'rifat telah dikuasai, maka seseorang akan dapat mengenal Allah,
sehingga antara dirinya dan Allah seakan-akan tidak ada batas/perantara,
sehingga seakan-akan mampu berhubungan langsung.
Disamping itu,
kita akan dapat dengan mudah menyerahkan hawa nafsu menurut kehendak
Allah. Kita merasa tidak punya hak untuk memiliki, sekalipun pada diri
sendiri. Karena menyadari segala sesuatu yang ada di dunia ini hanyalah
milik Allah, termasuk nyawa kita.
Diambil dari buku Telaga Ma'rifat, karya Syaikh Ibnu 'Athoillah
Artikel ini Di Dapat Dari Web/Blog : http://no-doong.blogspot.com/2011/07/1.html#ixzz1ptbHpGIn
Tidak ada komentar:
Posting Komentar